Dalam Islam banyak cerita tentang anjing. Nabi bahkan pernah memberikan
minum seekor anjing dengan alas kakinya (sepatu). Di Jepang, seekor
anjing ikut berdoa di sebuah kuil. Anjing itu terlihat merapatkan
telapak kedua kaki depannya dan mengangkatnya hingga mendekati hidung,
mirip dengan orang yang memberikan salam sungkem ala Jawa. Namun, Conan
-nama anjing itu- bukan berasal dari Jawa. Ia adalah anjing milik Joei
Yoshikuni, seorang rahib di Jepang dan ia tidak sedang melaksanakan
salam sungkem, melainkan ikut “berdoa” di kuil Jigenim.
Menurut
Yoshikuni, awalnya dia ingin Conan melakukan meditasi dan dalam beberapa
hari Conan sudah bisa meniru gerakan orang berdoa di kuil, meskipun
tidak bisa duduk bersila. “Dia mungkin memperlihatkan rasa terima kasih
karena diberi makanan dan diajak jalan-jalan,” kata Yoshikuni (“Anjing
Ikut ‘Berdoa’ di Kuil Jepang,” BBC.com, 25 Maret 2008).
Seperti
halnya lumba-lumba dan kera, anjing memang termasuk binatang pintar.
Tingkat kecerdasan anjing, tergantung pada ras dan masing-masing anjing
secara individu. Anjing ras Border Collie, terkenal dapat mematuhi dan
menjalankan berbagai macam perintah. Anjing ras lain mungkin tidak
tertarik untuk menuruti perintah manusia, tapi lebih suka menunjukkan
kepintaran dalam soal mencuri makanan atau kabur dari halaman berpagar.
Asal-usul
anjing sebagai keturunan serigala yang hidup berkelompok membuat anjing
jadi lebih mudah dilatih dibandingkan hewan lain. Sebagai anggota
kelompok, anjing mempunyai naluri untuk patuh. Sebagian besar anjing
memang sering tidak perlu berurusan dengan tugas yang rumit-rumit,
sehingga tidak ada kesempatan belajar hal-hal yang sulit, seperti
membuka pintu tanpa bantuan manusia. Anjing yang sudah dilatih sebagai
anjing penuntun bagi tuna netra dapat mengenali berbagai macam keadaan
bahaya dan cara menghindar dari keadaan tersebut.
Dalam Islam, anjing memiliki kedudukan tersendiri. Berikut ini adalah beberapa kisahnya:
Suatu
hari, sampailah Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib di sebuah kebun
kurma dan berhenti untuk beristirahat. Di tempat itu, Abdullah bertemu
dengan lelaki berkulit hitam, penjaga kebun kurma yang mengeluarkan
bekal makanan berupa tiga potong roti. Tiba-tiba seekor anjing datang
menghampiri penjaga kebun itu dengan lidah terjulur sembari sesekali
menyalak.
Melihat itu, penjaga kebun lalu melempar sepotong roti
ke arah si anjing dan anjing itu langsung melahapnya. Ketika roti itu
habis, anjing tadi masih menjulurkan lidah dan si penjaga kebun kembali
melempar sepotong rotinya kemudian kembali dimakan oleh si anjing.
Kejadian itu berlangsung terus, hingga roti ketiga milik si penjaga
habis.
Abdullah yang sejak tadi berdiri memperhatikan kejadian itu
terpana. Dia mendekati penjaga kebun lalu bertanya,” “Wahai anakku,
berapa banyakkah makananmu sehari di tempat ini?”
“Tiga potong saja yang kesemuanya telah dimakan anjing tadi,” jawab si hamba.
“Mengapa engkau berikan semua kepada anjing itu? Dan engkau sendiri akan makan apa?” tanya Abdullah.
“Wahai
tuan. Tempat ini bukanlah kawasan anjing. Jadi, aku yakin dia datang
dari tempat yang jauh, sedang bermusafir dan tentu dia sangat lapar.
Sedang aku sendiri, biarlah tidak makan hari ini hingga esok.”
Mendengar itu, Abdullah berseru, “Subhanallah. Engkau begitu mulia.”
Abdullah
adalah putra Ja’far bin Abi Thalib. Nabi membaiat Abdullah ketika dia
baru berumur 7 tahun. Pada masanya dia dikenal sebagai orang dermawan
dan seluruh hartanya hanya dihabiskan untuk disedekahkan kepada kaum tak
mampu. Namun, seorang penjaga kebun dan seekor anjing telah memberikan
pelajaran baru bagi Abdullah. Dia lantas membeli seluruh kebun anggur
itu dan memberikan seluruhnya ke si penjaga kebun.
Dalam Islam
banyak cerita tentang anjing. Diceritakan di dalam surat Al Kahfi,
seekor anjing telah dijamin oleh Allah untuk masuk surga, karena setia
menjaga tuan mereka. Nabi Muhammad SAW menceritakan kepada para sahabat
kisah seorang pelacur yang akan menjadi penghuni surga hanya karena
pernah memberikan minum seekor anjing yang hampir mati. Namun,
kebanyakan orang Islam selalu menghindari anjing karena dianggap sebagai
binatang najis, meskipun yang dimaksud najis hanyalah air liurnya. Nabi
sendiri, bahkan pernah memberikan minum seekor anjing dengan alas
kakinya (sepatu).
Sesuatu Yang Bisa Kita Pelajari Dari Mereka
Pertama,
anjing
adalah hewan yang seringkali merasakan lapar. Hal ini mengingatkan kita
pada keadaan orang-orang yang shaleh. Orang-orang shaleh adalah mereka
yang senantiasa rohaninya merasakan lapar akan ”harapan dan rindu untuk
diri dan dicintai oleh Allah SWT. Bagi orang-orang shaleh, setiap
perintah Allah SWT adalah pengenyang lapar rohaninya, dan setiap detik
usia adalah waktu untuk bersantap.
Kedua,
pada umumnya anjing
tidak memiliki tempat tinggal yang mewah di dunia. Anjing tidak pernah
meminta diberikan tempat tinggal yang mewah kepada tuannya. Di manapun
ia ditempatkan, ia akan dengan senang hati menerimanya. Sama seperti
halnya orang yang berpasrah diri (tawakkal) kepada Allah SWT. Insan yang
bertawakal adalah mereka yang menyerahkan segala urusan hidupnya kepada
Allah SWT. Karenanya, di manapun, bagaimanapun, dan seperti apapun
keadaan dirinya, ia tidak pernah berkeluh kesah karena kuatnya keyakinan
bahwa Allah SWT akan memberikan apa yang dibutuhkan olehnya, bukan apa
yang diinginkan.
Ketiga,
Anjing adalah hewan yang biasanya
hanya tidur sebentar, seperti orang yang punya kecintaan besar pada
Allah (muhibbin). Seorang pecinta Tuhan, lebih banyak menggunakan
waktunya untuk mendekatkan diri kepada-Nya, daripada “membuangnya”
dibanding dengan tidur yang berlebihan. Bahkan ketika tidur pun,
rohaninya tetap terjaga untuk mengingat Allah.
Keempat,
anjing
tidak memiliki harta, sebagaimana keadaan orang-orang zuhud atau merasa
cukup dengan apa yang diberikan Allah SWT kepadanya.
Kelima,
anjing
tidak akan meninggalkan tuannya sendirian, biarpun tuannya sendiri
tidak menghiraukannya, seperti sifat orang-orang yang selalu ingin dekat
pada Allah (muridin).
Keenam,
anjing rela ditempatkan di mana saja, seperti sifatnya orang-orang tawadhu’.
Ketujuh,
anjing
rela untuk pergi dari tempat di mana ia diusir ke tempat lainnya,
seperti sifatnya orang-orang yang ridha kepada kehendak Allah.
Kedelapan,
jika
seekor anjing dipukul lalu diberi sesuatu. Ia akan kembali dan
mengambilnya tanpa merasa dendam, seperti sifat orang-orang yang
khusyu’.
zhotmandiri.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar