Minggu, 05 Agustus 2012

Surat Cinta untuk Calon Istriku











Duhai puanku.. 
bila saatnya tiba kau baca surat cintaku ini, aku hanya berharap esok hari saat dimana kau kecup punggung tanganku untuk yang pertama kali di hadapan penghulu, para saksi, orang tua kita, saudaramu, saudaraku, sahabatmu, sahabatku, adalah simbol cintamu yang akan selalu ada disisiku sampai Izrail menghampiri kita.

Pujaanku..
jangan kaget bila aku menuliskan surat cinta ini jauh dari hari saat kau membacanya. Saat aku belum melihat paras cantikmu, saat aku belum mengenal akhlak muliamu, saat aku belum tahu namamu. Jangan khawatir sayang, dulu kita sudah bertemu. Saat di alam ruh. Allah telah memilihkan kamu untuk menjadi istriku, saat empat bulan masa kandunganku di dalam perut ibu. Sejak saat itu namamu sudah disandingkan di sebelah namaku. Sejak saat itu aku sudah mencintaimu.
Kasihku..
selain mahar yang kau minta saat pernikahan kita. Aku ingin berikan kau satu lagi : sebuah mukjizat Nabi terakhir. Alquranul Karim, yang akan selalu kau baca dengan suara merdumu, sebagai pelepas lelahku sepulang aku bekerja. Alquranul Karim, yang akan kau ajarkan betapa indah lantunan ayat-ayat suci kepada anak-anak kita nanti. Alquranul Karim, yang akan kau baca tepat disampingku nanti, saat aku terkulai lemah tak lagi berarti walau hanya untuk menjentikan jari. Alquranul Karim, yang akan selalu kau bawa dan kau baca tepat di samping nisanku nanti apabila Izrail menjemputku lebih dulu. Tetaplah bacakan untukku walau seayat, aku pasti akan merindukan suara bidadariku bernyanyi : Kau mengaji.

Sayangku..
mungkin aku tak lebih hebat dari ayahmu dalam menjagamu. Aku tak segagah ia melindungi dirimu, mempertahankanmu dari para pria yang menginginkanmu darinya, termasuk aku yang akhirnya ia percayakan sebagai penggantinya untuk menjagamu. Tapi puanku, percayalah, kaulah alasanku untuk belajar menjadi pria yang kuat. Pria yang rela walau harus sampai mati melindungimu, demi menjaga hatimu, kehormatanmu juga ragamu. Dinginnya malam sekalipun tak akan aku biarkan mengigit kulit indahmu.

Cintaku..
izinkanlah akau saat esok hari nanti, sebelum kuucapkan ijab qabul pernikahan kita yang disahkan para saksi, kulantunkan sebait ayat suci : An Nisa, 34, sebagai janjiku yang akan selalu melindungimu atas nama laki-laki sebagaimana Allah telah mewahyukan ayat itu kepada Muhammad nabi kita.
Duhai wanitaku, saat kau sudah menggenapkan agamaku nanti, sesudah kau amini Al-Fatihahku yang pertama kali, setelah pertama kalinya kau cium tanganku selepas sholat, aku ingin saat itu kau selalu jadi pengingatku : aku hanya manusia yang terkadang lupa, sering melakukan salah, dan laki-laki yang tak peka seperti wanita. Sekali kau memohon : ‘Maukah kau lakukan itu untukku?’ Demi apa pun, apalah arti dunia jika aku melihat air matamu. Kan kulakukan sepenuh hati hanya untukmu duhai Betariku.
Bidadariku, aku berjanji, karena aku sadar tidak akan mampu berbuat adil sebagaimana Rasulullah, saat kau menjadi istriku nanti, akan kujadikan kaulah satu-satunya wanita di dunia dan akhirat, seperti halnya Sayidina Ali Radliallahuanhu menjadikan Fatimah Az Zahra satu-satunya bidadari bumi yang dimilikinya.

Kasihku..
saat aku telah menjadi imammu nanti, tak akan pernah berhenti aku mencari rezeki. Selama masih keluar keringat kuperas dari tubuhku, selama masih kuat kubanting tulang punggungku, aku akan terus menafkahimu. Tak akan kubiarkan kau dan anak-anak kita kelaparan dan kehausan, kupastikan kalian tak akan pernah kekurangan cinta & kasih sayangku.
Jelitaku..
kalau boleh aku meminta. Aku menginginkan putri yang menjadi buah hati kita yang pertama. Kita didik ia menjadi anak yang shalehah, dan kan kutanam sekeping jiwamu pada dirinya. Agar apabila nanti kau dipanggil lebih dulu oleh Pemilikmu yang sebenar – benarnya, aku masih bisa melihat kamu dalam diri putri kita. Dan aku ingin putra kita hanya terpaut satu tahun dengan kakaknya. Agar ia bisa tumbuh dewasa bersama saudari kandungnya. Dan akan kutempa dia agar menjadi pria yang kuat, bahkan melebihi aku. Agar apabila nanti aku yang kembali lebih dulu ke sisiNya, ia bisa menjaga ibu dan kakaknya seperti yang telah kulakukan dan kuajarkan kepadanya.
Manis, saat aku resmi menjadi suamimu nanti. Tak kan kulewatkan pagi tanpa mengecup keningmu yang harum. Kan kulakukan tiap aku hendak bekerja, atau tiap kali aku pergi meninggalkanmu. Dan akan selalu kulisankan tiga kata setelah bibirku ini meletakkan cinta di wajahmu : I love you. Dan tak akan kulewatkan pula detik berharga sebelum kau memejamkan mata, kembali kan kuletakkan cinta di kening atau pipimu. Aku tak akan bosan menciummu setiap hari, sayang. Seperti halnya nabimu juga nabiku yang tak pernah bosan melakukan hal romantis ini kepada istrinya setiap hari.

Batariku..
aku tahu perjalanan bahtera kita tak akan selalu berlangit cerah. Syaitan pun tak kan pernah berhenti merusak hidup manusia sampai kiamat tiba. Maka ingatkanlah aku dengan kelembutan hatimu, agar tak ada hal lain yang kulakukan untukmu selain mencintaimu dan melindungimu. Sungguh aku tahu wanita itu tercipta dari tulang rusuk pria yang paling bengkok. Maka tak akan kupaksa ‘tuk luruskan engkau hingga patah, dan tak akan pula kubiarkan engkau tetap bengkok. Islam yang akan selalu menuntunku bagaimana seharusnya aku memperlakukanmu.

Sayang percayalah..
aku akan selalu mencintaimu di tiap waktuku. Aku akan tetap menciummu, meski pipimu tak lagi sekencang dulu, meski keriput tlah menggarisi keningmu. Aku akan tetap membelai rambutmu, meski putih telah memakan habis hitamnya yang indah. Aku akan tetap memelukmu, meski bungkuk badanmu dan ringkih tubuhmu, aku akan tetap memelukmu.

Berjanjilah cinta..
apabila tiba saatnya Izrail memamerkan surga dan neraka di kedua sayapnya di hadapanku. Jangan pernah berhenti bisikkan nama Allah di telingaku, jangan pernah kau lepas genggaman tanganku dan jangan dulu jatuhkan air matamu sebelum malaikat benar – benar mencabut ruh dari ragaku. Sudah kubilang: Apalah arti dunia jika aku melihat air matamu.

Tenanglah kasih..
batu nisan memang akan pisahkan dunia kita nanti, tapi dia tak akan mampu pisahkan cinta kita. Aku mencintaimu tak hanya di dunia.
Semoga Allah mengabulkan doa di tiap sujudku, agar pernikahan kita tak hanya dilanggengkan di dunia, tapi juga diabadikan di taman surgaNya. Amin…
Aku mencintaimu karena Allah, bidadari surgaku…



ZHOTMANDIRI.BLOGSPOT.COM

Senin, 30 Juli 2012

Kepada Calon Istriku…calon mujahidah….





Assalammu’alaikum Wr. Wb….

Apa kabar calon istriku? Hope u well and do take care… Allah selalu bersama kita.

Calon Istriku…
Masihkah menungguku.. .? Hmm… menunggu, menanti atau whateverlah yang sejenis dengan itu kata orang membosankan. Benarkah?! Menunggu… hanya sedikit orang yang menganggapnya sebagai hal yang “istimewa”. Dan bagiku, menunggu adalah hal istimewa. Karena banyak manfaat yang bisa dikerjakan dan yang diperoleh dari menunggu. Membaca, menulis, diskusi ringan, atau hal lain yang bermanfaat.

Menunggu bisa juga dimanfaatkan untuk mengagungkan- Nya, melihat fenomena kehidupan di sekitar tempat menunggu, atau sekadar merenungi kembali hal yang telah terlewati. Eits, bukan berarti melamun sampai angong alias ngayal dengan pikiran kosong. Karena itu justru berbahaya, bisa mengundang makhluk dari “dunia lain” masuk ke jiwa.

Banyak hal lain yang bisa kau lakukan saat menunggu. Percayalah bahwa tak selamanya sendiri itu perih.

Bahwa di masa penantian, kita sebenarnya bisa lebih produktif. Mumpung waktu kita masih banyak luang. Belum tersita dengan kehidupan rumah tangga. Jadi waktu kita untuk mencerahkan ummat lebih banyak. Karena permasalahan ummat saat ini pun makin banyak.

Karenanya wahai bidadari dunia…
Maklumilah bila sampai saat ini aku belum datang. Bukan ku tak ingin, bukan ku tak mau, bukan ku menunda. Tapi persoalan yang mendera bangsa ini kian banyak dan kian rumit. Belum lagi satu per satu kasus korupsi tingkat tinggi yang membuktikan bahwa negeri ini ‘Krisis Akhlak’.

Ditambah lagi bencana demi bencana yang melanda negeri ini. Meski saat ini hidup untuk diri sendiri pun rasanya masih sulit. Namun seperti seorang ustadz pernah mengatakan bahwa hidup untuk orang lain adalah sebuah kemuliaan. Memberi di saat kita sedang sangat kesusahan adalah pemberian terbaik. Bahwa kita belumlah hidup jika kita hanya hidup untuk diri sendiri.

Calon Istriku…
Percayalah padaku aku pun rindu akan hadirmu. Aku akan datang, tapi mungkin tidak sekarang. Karena jalan ini masih panjang. Banyak hal yang menghadang. Hatiku pun melagu dalam nada angan. Seolah sedetik tiada tersisakan. Resah hati tak mampu kuhindarkan. Tentang sekelebat bayang, tentang sepenggal masa depan. Karang asaku tiada ‘ kan terkikis dari panjang jalan perjuangan hanya karena sebuah kegelisahan. Lebih baik mempersiapkan diri sebelum mengambil keputusan. Keputusan besar untuk datang kepadamu.

Calon Istriku…
Jangan menangis, jangan bersedih, hapus keraguan di dalam hatimu. Percayalah padaNYA, Yang Maha Pemberi Cinta, bahwa ini hanya likuan hidup yang pasti berakhir. Yakinlah “saat itu” pasti ‘ kan tiba.

Tak usah kau risau karena makin memudarnya kecantikanmu. Karena kecantikan hati dan iman yang dicari. Tak usah kau resah karena makin hilangnya aura keindahan luarmu. Karena aura keimananlah yang utama. Itulah auramu yang memancarkan cahaya syurga. Merasuk dan menembus relung jiwa.

Wahai perhiasan terindah…
Hidupmu jangan kau pertaruhkan. Hanya karena kau lelah menunggu. Apalagi hanya demi sebuah pernikahan. Karena pernikahan tak dibangun dalam sesaat, tapi ia bisa hancur dalam sedetik. Seperti Kota Iraq yang dibangun berpuluh tahun, tapi bisa hancur dalam waktu sekian hari.

Jangan pernah merasa, hidup ini tak adil. Kita tak akan pernah bisa mendapatkan semua yang kita inginkan dalam hidup. Pasrahkan inginmu sedalam kalbu pada tahajjud malammu. Bariskan harapmu sepenuh rindumu pada istikharah di shalat malammu. Pulanglah padaNYA, ke dalam pelukanNYA. Jika memang kau tak sempat bertemu diriku, sungguh itu karena dirimu begitu mulia, begitu suci. Dan kau terpilih menjadi ainul mardhiyah di jannahNYA.

Calon Istriku…
Skenario Allah adalah skenario terbaik. Dan itu pula yang telah Ia skenariokan untuk kita. Karena Ia sedang mempersiapkan kita untuk lebih matang merenda hari esok seperti yang kita harapkan nantinya. Untuk membangun kembali peradaban ideal seperti cita kita.

Calon istriku…
Ku tahu kau merinduiku, bersabarlah saat indah ‘ kan menjelang jua. Saat kita akan disatukan dalam ikatan indah pernikahan. Apa kabarkah kau di sana ? Lelahkah kau menungguku berkelana, lelahkah menungguku kau di sana ? Bisa bertahankah kau di sana ? tetap bertahanlah kau di sana . Aku akan segera datang, sambutlah dengan senyum manismu. Bila waktu itu telah tiba, kenakanlah mahkota itu, kenakanlah gaun indah itu. Masih banyak yang harus kucari, ‘tuk bahagiakan hidup kita nanti…

Calon istriku…
Malam ini terasa panjang dengan air mata yang mengalir. Hatiku terasa kelu dengan derita yang mendera, kutahan derita malam ini sambil menghitung bintang. Cinta membuat hati terasa terpotong-potong. Jika di sana ada bintang yang menghilang, mataku berpendar mencari bintang yang datang. Bila memang kau pilihkan aku tunggu sampai aku datang.

Ku awali hariku dengan tasbih, tahmid dan shalawat. Dan mendo’akanmu agar kau selalu sehat, bahagia, dan mendapat yang terbaik dari-Nya. Aku tak pernah berharap kau ‘ kan merindukan keberadaanku yang menyedihkan ini. Hanya dengan rasa rinduku padamu, kupertahankan hidup. Maka hanya dengan mengikuti jejak-jejak hatimu, ada arti kutelusuri hidup ini. Mungkin kau tak pernah sadar betapa mudahnya kau ‘tuk dikagumi. Akulah orang yang ‘ kan selalu mengagumi, mengawasimu, menjagamu dan mencintaimu.

Calon Istriku…
Saat ini ku hanya bisa mengagumimu, hanya bisa merindukanmu. Dan tetaplah berharap, terus berharap. Berharap aku ‘ kan segera datang. Jangan pernah berhenti berharap. Karena harapan-harapanlah yang membuat kita tetap hidup.

Bila kau jadi istriku kelak, jangan pernah berhenti memilikiku dan mencintaiku hingga ujung waktu. Tunjukkan padaku kau ‘ kan selalu mencintaiku. Hanya engkau yang aku harap. Telah lama kuharap hadirmu di sini. Meski sulit harus kudapatkan. Jika tidak kudapat di dunia, ‘ kan kukejar sang ainul mardhiyah yang menanti di syurga..,
Ku akui cintaku tak hanya hinggap di satu tempat, aku takut mungkin diriku terlalu liar bagimu. Namun sejujurnya, semua itu hanyalah persinggahan egoku, pelarian perasaanku dan sikapmu telah meluluhkan jiwaku. Waktu pun terus berlalu dan aku kian mengerti apa yang akan ku hadapi dan apa yang harus kucari dalam hidup..,
Kurangkai sebuah tulisan sederhana ini untuk dirimu yang selalu bijaksana. Aku goreskan syair sederhana ini, untuk dirimu yang selalu mempesona. Memahamiku dan mencintaiku apa adanya. Semoga Allah kekalkan nikmat ini bagiku. Semoga…



Kau terindah di antara bunga yang pernah aku miliki dahulu

Kau teranggun di antara dewi yang pernah aku temui dahulu

Kau berikan tanda penuh arti yang tak bisa aku mengerti

Kau bentangkan jalan penuh duri yang tak bisa aku lewati

Begitu indah kau tercipta bagi Adam

Begitu anggun kau terlahir sebagai Hawa

Kau terindah yang pernah kukagumi meski tak bisa aku miliki

Kau teranggun yang pernah kutemui meski tak bisa aku miliki

(Dewi Khayalan – Daun Band)



Ya Allah… ringankanlah, kerinduan yang mendera. Kupanjatkan sepotong doa setiap waktu, karena keinginan yang menyeruak di dalam diriku..,
Ya Allah… ampuni segala kesilafan hamba yang hina ini ringankan langkah kami. Beri kami kekuatan dan kemampuan tuk melengkapkan setengah dien ini, mengikuti sunnah RasulMu jangan biarkan hati-hati kami terus berkelana tak perpenghujung yang hanya sia-sia dengan waktu dan kesempatan yang telah Engkau berikan.



Wassalamu’alaikum.



Penuh Cinta Selalu Untuk Selamanya,



Dari yang terkasih…tunggulah aku





zhotmandiri.blogspot.com

Jumat, 27 Juli 2012

CORETAN TUK CALON ISTRIKU..


assalamu alaikum
warohmatullahoh wabarakatu
untukmu, Calon istriku

Tangan ini mulai menulis apa
yang telah dirangkai oleh hati ini
didalam kalbu..
Aku mulai bertanya-tanya
adakah aku sudah seharusnya
mulai mencari sebagian diriku
yang hilang..
Bukankah niat ini disertai oleh
nafsu tetapi atas keinginan
seorang muslim mencari
sebahagian agamanya..
Acap kali aku
mendengar bahwa ungkapan
''Kau tercipta untukku.''
Aku awalnya kurang
mengerti apa sebenarnya
arti kalimah ini karena
diselubungi jahiliyah..
Rahmat dan hidayah allah
yang diberikan kepada diriku,
kini aku menerti bahwa
pada satu hari nanti,
aku harus mengambil satu
 tanggung jawab yang sememangnya
diciptakan khas untuk diriku,
iatu dirimu..
Aku mulai mempersiapkan
diri dari segi fizik, spritual
dan juga intelektual untuk
bertemu denganmu..
Aku menginginkan
pertemuan kita yang
pertama aku kelihatan
''sempurna'' di hadapanmu
walaupun hakikatnya masih
banyak lagi kelemahan diri ini,
Aku coba mempelajari
arti dan hakikat tanggung jawab
yang harus aku galas ketika
dipertemukan dengan dirimu,
Aku coba membataskan
perbicaraanku dengan
gadis lain yang hanya
dalam lingkaran urusan penting,
karna aku risau
aku menceritakan
rahasia diriku kepadanya
karna seharusnya
engkaulah yang harus
mengetahuinya,
karena dirimu adalah
sebahagian diriku dan
ianya adalah hak bagimumu
untuk mengetahui segala
zahir dan batin diriku..
Apabila diriku memakai kopiah,
aku digelar ustaz.
diriku di selubungi jubah,
digelar syeikh.
Lidahku mengajak manusia
ke arah makruf digelar da'i.
Bukan itu yang aku pinta
karena aku hanya
mengharapkan keredhaan allah.
Yang aku takuti,
diriku mulai didekati oleh
wanita karena perawakanku
dan perwatakanku.
Baik yang indah berhijab
atau yang ketat bert-shirt,
semuanya singgah disisiku,
Aku risau imanku akan lemah.
diriku tidak menahan
dari fitnah ini..
Rasulullah S.A.W pernah
bersabda, ''Aku tidak
meninggalkan setelahku fitnah
yang lebih bahaya untuk seorang wanita.''
Aku khawatir amalanku bukan
sepenuhnya untuk Rabbku
tetapi untuk makhluknya.
Aku memerlukan dirimu untuk
menghindari fitnah ini..
Aku khuatir kurangnya ikhlas
dalam ibadahku menyebabkan
diriku dicampakan keneraka
meninggalkan kau seorang diri
di syurga..
Aku berasa bersalah kepada
dirimu karena khuatir cinta
yang hak dirimu akan aku
curahkan kepada wanita lain..
Aku sukar untuk mencari
dirimu karena dirimu bagaikan
permata bernilai di antara
ribuan kaca menyilau..
Tetapi aku pasti jika
namamu yang di tulis di
Luh Mahfuz untuk diriku,
nescaya rasa cinta itu akan
allah tanam dalam diri kita..
Tugas pertamaku bukan
mencari dirimu tetapi
mensholehkan diriku.
sukar untuk mencari solehah
dirimu andai solehku tidak
setanding dengan
ke'solehanmu..,
Jnji allah pasti kupegang
dalam misi mencari dirimu,
''Wanita yang baik adalah
untuk lelaki yang baik.''
Jiwa remajaku ini mulai
merancau mencari cinta.
matang kian menjalma
dan kehadiran wanita
amat terasa untuk berada
di sisi...
setiap kali aku merasakannya,
aku mengenangkan dirimu.
Di sana engkau setia
menunggu diriku,
tetapi disini aku curang
kepadamu andai aku bermain
dengan cinta fatamorgana,
sampaikan doamu kepada
diriku agar aku dapat menahan
gelora kejantananku disamping
aku mengajukan sendiri doa
diperlindungi diri,
bukan harta,rupa dan keturunan
yang aku pandang dalam
mencari dirimu.
Cukuplah agama sebagai
pengikat kasih antar kita,
Saat dimana aku bakal
melamarmu, akan ku lihat
wajahmu sekilas agar
mencipta keserasian diantara
kita karena itu pesan nabi kita,
tidak perlu alis mata seakan
alis mata unta, wajah bersih
seakan putih telur ataupun bibr
merah delima tetapi cukup
cuma akidah sekuat akar,
ibadah sebagai makanan dan
akhlak seindah budi..
''Kawinilah istri karena empat
perkara; keturunan, harta,
rupa dan agama..
Dan jika kau memilih agama,
engkau tidak akan menyesal.''

Jika aku di pertemukan dengan
dirimu, akanku jaga perasaan
kasih ini supaya tidak tercurah
sebelum masanya.
akan ku jadikan syara'sebagai
pendinding diri kita..

akan ku jadikan akad nikah
itu sebagai cap halal untuk
mendapatkan dirimu..

Biarlah kita mengikuti nenek
moyang kita, Nabi adam dan
Siti hawa yang bernikah
sebelum disatukan agar kita
dapat menikmati kenikmatan
perkawinan..

Yang menjanjikan ketenangan
Jiwa, ketentraman hati dan
kedamain batin.

Doakan diriku ini agar tidak
berputus asa dan sesat
dalam misi mencari dirimu
karena aku memerlukan
dirimu untuk melengkapkan
sebahagian agamaku,



Dariku, Calon suamimu..






zhotmandiri.blogspot.com

Rabu, 25 Juli 2012

Nasihat Rasulullah Untuk Pengantin Baru


Rasulullah SAW begitu romantis kepada istrinya. Beliaupun punya nasihat indah bagi setiap pengantin baru. Apa sajakah? Berikut nasihat beliau.
• MENCIUM KENING
Malam pertama begitu indah, tapi kata Rasulullah, harus diiringi doa serta memberikan sentuhan kemesraan perdana kepada istri. Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang dari kamu menikahi wanita atau membeli seorang budak, maka peganglah ubun-ubunya lalu bacalah ‘basmalah’ serta doakanlah dengan doa berkah seraya mengucapkan: ‘Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabiatnya yang ia bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan tabiat yang ia bawa.’” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, al-Hakim).
• SALAT SUNAH
Agar pernikahan kita diiringi rida dan rahmat Allah, Rasul pun mengajarkan agar sebelum berhubungan suami istri di malam pertama hendaknya salat sunah dua rakaat lebih dulu.
Anjuran ini bisa kita lihat dalam sebuah hadis dari Abu Sa’id maula (budak yang telah dimerdekakan) Abu Usaid. Ia berkata: “Aku menikah ketika aku masih seorang budak. Ketika itu aku mengundang beberapa orang Shahabat Nabi, diantaranya ‘Abdullah bin Mas’ud, Abu Dzarr dan Hudzaifah radhiyallaahu ‘anhum. Lalu tibalah waktu shalat, Abu Dzarr bergegas untuk mengimami salat. Tetapi mereka berkata: ‘Kamulah (Abu Sa’id) yang berhak!’ Ia (Abu Dzarr) berkata: ‘Apakah benar demikian?’ ‘Benar!’ jawab mereka. Aku pun maju mengimami mereka salat. Ketika itu aku masih seorang budak. Selanjutnya mereka mengajariku, ‘Jika isterimu nanti datang menemuimu, hendaklah kalian berdua shalat dua rakaat. Lalu mintalah kepada Allah kebaikan istrimu itu dan mintalah perlindungan kepada-Nya dari keburukannya. Selanjutnya terserah kamu berdua…’” (Adabuz Zifaf fis Sunnah al-Muthahharah).
• DOA PEMBUKA
Setelah salat sunah dua rakaat, dianjurkan pula untuk berdoa. Sebagaimana hadis: “Seorang datang kepada ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, lalu ia berkata, ‘Aku menikah dengan seorang gadis, aku khawatir dia membenciku.’ ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, ‘Sesungguhnya cinta berasal dari Allah, sedangkan kebencian berasal dari setan, untuk membenci apa-apa yang dihalalkan Allah. Jika isterimu datang kepadamu, maka perintahkanlah untuk melaksanakan salat dua rakaat di belakangmu. Lalu ucapkanlah (berdoalah): “Ya Allah, berikanlah keberkahan kepadaku dan isteriku, serta berkahilah mereka dengan sebab aku. Ya Allah, berikanlah rezeki kepadaku lantaran mereka, dan berikanlah rezeki kepada mereka lantaran aku. Ya Allah, satukanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan dan pisahkanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan.” (lihat di Kitab al-Mushannaf).
• MINUM SEGELAS AIR
Sebelum memulai hubungan kali pertama, Rasul berpesan agar jangan terburu-buru. Alangkah baiknya dimulai dengan kelembutan dan kemesraan. Misalnya, dengan memberinya segelas air minum atau yang lainnya. Sebagaimana hadis Asma’ binti Yazid binti as-Sakan r.a., ia berkata: “Saya merias ‘Aisyah untuk Rasulullah SAW. Setelah itu saya datangi dan saya panggil beliau supaya menghadiahkan sesuatu kepada ‘Aisyah. Beliau pun datang lalu duduk disamping ‘Aisyah. Ketika itu Rasulullah SAW disodori segelas susu. Setelah beliau minum, gelas itu beliau sodorkan kepada ‘Aisyah. Tetapi ‘Aisyah menundukkan kepalanya dan malu-malu.” ‘Asma binti Yazin berkata: “Aku menegur ‘Aisyah dan berkata kepadanya, ‘Ambillah gelas itu dari tangan Rasulullah SAW!’ Akhirnya ‘Aisyah pun meraih gelas itu dan meminum isinya sedikit.” (HR. Ahmad di kitab Adabuz Zifaf fis Sunnah al-Muthahharah)
• DOA SEBELUM BERHUBUNGAN
Subhanallah, Islam begitu indah mengatur hubungan suami istri. Setiap kali akan berhubungan suami istri, selalu diingatkan untuk senantiasa berdoa: “Bismillah, Allahumma jannibnaasy syaithaana wa jannibisy syaithaana maa razaqtana.”
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah aku dari setan dan jauhkanlah syaitan dari anak yang akan Engkau karuniakan kepada kami.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW juga bersabda: “Maka, apabila Allah menetapkan lahirnya seorang anak dari hubungan antara keduanya, niscaya syaitan tidak akan membahayakannya selama-lamanya.” (HR. Bukhari, Muslim).




zhotmandiri.blogspot.com

Kamis, 19 Juli 2012

Orang Islam Wajib Kaya,Miskin: Haram dalam islam



Wah, ngeledek nih judulnya, berarti orang miskin itu bukan Islam dong ?, lho iya, bisa jadi orang itu gak ngerti Islam dan gak meneladani tokoh-tokoh Islam termasuk Nabi SAW dan para Sahabatnya. Bukannya Nabi SAW dan para Sahabatnya itu miskin buktinya pernah kelaparan ?! siapa bilang ? pernah sih miskin, tapi Cuma sebentar yaitu ketika masa diembargo/diboikot oleh Kaum Kafir di Makkah. Tapi coba kita lihat fakta sejarah :
- Nabi menjadi Pedagang sejak usia 12 tahun dan menjadi Pengusaha selama 25 tahun.
- Beliau berdagang ke Luar Negeri setidaknya 18 kali, menjangkau Syiria, Yaman, Bashra, Iraq, Yordania dan Bahrain
- Nabi Menyerahkan puluhan Unta muda untuk Mas Kawin Beliau
- Beliau juga Memiliki banyak unta perah dan 20 untanya pernah dirampas oleh Uyainah bin Hishn
- Beliau memilii unta pilihan (Al-Qoshwa) dan Keledai pilihan untuk memudahkan perjalanan dan perjuangan
- Hanya saja gaya hidup Beliau sangat-sangat sederhanan, makanya beliau hanya memakai pakaian, alas tidur dan makanan ala kadarnya.
Adakah para Sahabat Nabi yang tidak kaya ? diantara empat Sahabat Nabi yang tidak kaya hanyalah Ali bin Abi Thalib yang tidak kaya, tapi beliau sangat-sangat kaya Ilmu.
- Umar bin Khattab mewariskan 70.000 properti senilai Triliunan rupiah.
- Ustman bin Affan mewariskan property sepanjang Aris dan Khaibar senilai triliunan rupiah
- Abu Bakar mensedekahkan seluruh harta kekayaannya juga bernilai triliunan rupiah.
Bagaimana dengan Sahabat yang lain ? diantara 10 Sahabat Nabi SAW yang dijamin masuk Sorga ternyata hamper semuanya orang kaya salah satunya adalah Abdurrahman bin Auf, meski beliau sering sedekah besar-besaran namun Beliau masih mewariskan harta senilai triliunan rupiah.
Istri Kesayangan Nabi SAW Khadijah ternyata jauh lebih kaya daripada Nabi SAW
Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para Pedagang, mereka adalah orang-orang kaya. Pendiri NU Hasyim Asy’ari dan Muhammadiyah KH.Ahmad Dahlan adalah Saudagar yang kaya raya. Serikat Dagang Islam yang turut memperjuangkan kemerdekaan Negeri ini adalah sekumpulan orang-orang kaya.
Jadi kalau ada seorang Muslim yang membiarkan dirinya terus-terusan miskin berarti dia telah mengkhianati para teladannya termasuk mengkhianati Rosulullah SAW. Lho kok gitu ? lha iyalah, coba kita lihat lagi pesan Nabi SAW dan Umar bin Khatthab berikut ini :
Suatu waktu Umar bertanya kepada seseorang yang sudah lanjut usia ” apa menghalangimu mengelola dan menanami tanah pekaranganmu ini ? “, maka dijawablah ” aku ini sudah tua renta, mungkin besok aku sudah wafat “, lantas Umar menanggapinya agar orang tua itu segera menanami tanahnya dan Umarpun sempatkan membantu menanami tanah itu.
Soal kerja, Umar sering menasehati ” Cukupilah dirimu niscaya Agamamu akan lebih terpelihara, dan kamu akan lebih mulia “, Umar bukan hanya menasehati, bahkan setiap usai sholat shubuh umar langsung bergegas menuju kebunnya di Juruf, ia berusaha memenuhi kebutuhan dirinya.
Terkait dengan ini Nabi SAW, juga berwasiat ” diantara dosa-dosa, ada dosa yang dapat terhapus dengan puasa dan sholat, ia hanya bisa dihapus dengan susah payah mencari nafkah “, wasiat beliau lainnya ” Allah menyukai hambanya yang berkarya dan terampil, sesiapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka ia serupa dengan Pejuang di Jalan Allah”, jadi kerja ternyata bentuk ibadah tertinggi.
Umar juga mengajak para pekerja/karyawan untuk memiliki pendapatan tambahan, kurang lebih nasehatnya begini :” jika keluar gaji, maka sebagian belikan kambing, demikian juga gaji selanjutnya “, intinya Umar mengajak para karyawan agar memiliki asset/investasi produktif yang bisa mencetak uang terus-menerus. Umar juga mengajak orang-orang berdagang dengan nasehatnya ” Berdagang itu merupakan sepertiga harta”, Umar sendiri memiliki asset 70.000 properti senialai triliunan rupiah.
Allah sendiri Maha Kaya Raya dan selalu memberikan Kekayaan dan Kecukupan kepada kita semua, gak pernah Allah SWT menyuruh kita miskin, gak percaya cari dalilnya ( sampai gagak ubanan gak akan pernah ketemu ) lha wong kita diperintahkan Zakat dan memperbanyak Sedekah, diperintahkan untuk Haji dan Umroh serta dianjurkan membiayai orang lain untuk Haji dan Umroh, disuruh menuntut ilmu dan membiayai kegiatan keilmuan, harus menafkahi keluarga dan mencukupkan ahli waris, menyantuni orang tua yang sudah sepuh, orang-orang fakir miskin serta anak yatim, menegakkan ekonomi syari’ah dan membangun sarana ummat, meningkatkan bargaining position ummat Islam dan mengembangkan Dakwah dan Syi’ar Islam, semuanya itu perlu dana yang besar, lha kok kita mau bergembira ria dan bersantai ria dengan kemiskinan.
Masih gak percaya, kalo kita itu wajib kaya ?, kita lihat lagi nasehat Nabi SAW berikut : ” Kefakiran itu dekat sekali dengan Kekafiran “, ” Allah lebih menyukai Muslim yang kuat iman dan nafkahnya dari pada muslim yang lemah “. coba kita analisis juga isi ayat An-Najm : 43-48 berikut ini :
Allahlah yang menjadikan tertawa dan menangis
Allahlah yang menjadikan kematian dan kehidupan,
Allahlah yang menjadikan laki-laki dan perempuan
Allahlah yang memberikan kekayaan dan kecukupan (bukan kemiskinan),
Jadi Allah hanya memberi kita Kekayaan dan Kecukupan, hidup kita ini sebenarnya selalu dimuliakan dan dimanja oleh Allah SWT, lha kalo kita miskin ? itu pasti karena salah kita sendiri. Masih mau membantah ? mari kita telaah lagi ayat-ayat berikut ini :
” Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami Mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi Saksi “.(An-Nisa :79 )
” Mereka (utusan-utusan) itu berkata, “Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.” ( Yaasin :19 )
” Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah Memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)”..(Asy-Syuro : 30)
” Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar “.
(An-Nisa :9 )
Gimana? Cukup ?, bandelnya kita itu gak mau niru Nabi SAW, padahal perbedaan kita dengan Nabi SAW itu Cuma SEDIKIT saja, makanya kita gak kaya-kaya ! gak percaya ? kita lihat lagi yang ini :
- Nabi itu sedikit-sedikit beribadah, kita sedikit ibadahnya
- Nabi itu sedikit-sedikit sedekah, kita sedikit sedekahnya
- Nabi itu sedikit-sedikit sholat sunnah, kita sedikit sholat sunnahnya
- Nabi sedikit tidurnya, kita sedikit-sedikit tidur
- Nabi sedikit makannnya, kita sedikit-sedikit makan terus
- Nabi itu sedikit bicaranya, kita sedikit-sedikit bicara bahwkan bicarakan orang

Nah, kan Cuma sedikit tho bedanya ? harusnya kita bisa niru Nabi dong ! he he he…,



zhotmandiri.blogspot.com

Ramadhan dalam Pandangan Nabi

                                                                                                                                                                   Keagungan bulan Ramadhan seringkali digambarkan dengan imajinasi yang luar biasa. Saya begitu terpukau dengan imajinasi Nabi Muhammad melukiskan keunggulan bulan Ramadhan dalam banyak hadis. Imajinasi Nabi Muhammad terasa segar, kaya, dan hidup. Sebuah hadis mendeskripsikan suasana sorga pada awal bulan Ramadhan, lengkap dengan detail alam sorga, pakaian, makanan, tempat tidur, dan pasangan bermata jelita yang disediakan bagi orang yang menjalankan ibadah puasa. Berikut hadis dimaksud (saya kutip dari sebuah kitab klasik, Durrotunnashihin):

Pada awal Ramadhan, angin berembus dari bawah singgasana Tuhan, dan daun-daun pepohonan sorga pun bergoyang, hingga terdengar desir semilir teramat merdu. Tak pernah terdengar desir semilir semerdu itu. Menyaksikan hari pertama Ramadhan itu, orang-orang bermata jelita (baca: bidadari) berdoa, “Ya Allah, pada bulan Ramadhan ini jadikanlah salah seorang di antara hambamu sebagai pasangan hidupku.”
Maka, Allah pun mengawinkan orang yang berpuasa dengan salah seorang dari orang bermata jelita itu. Bagi setiap orang bermata jelita tersedia 70 perhiasan warna-warni dan dipan dari batu mulia warna merah berhiaskan mutiara. Disiapkan pula 70 kasur dan 70 aneka makanan. Semua itu khusus untuk orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan, tanpa memperhitungkan amal kebaikannya yang lain.

Imajinasi kreatif Nabi Muhammad itu sangat indah. Adalah menarik bahwa dalam banyak hadisnya, Nabi Muhammad menggambarkan keutamaan bulan Ramadhan dengan fiksi dan imajinasi kreatif yang memukau. Dalam imajinasi kreatifnya, Nabi Muhammad seringkali melibatkan alam dan malaikat. Hal itu segera memperlihatkan pertalian antara manusia, alam, malaikat, dan Tuhan sendiri. Maka keagungan bulan Ramadhan merupakan pertalian spiritual dan kosmis keempat wujud tersebut. Kadangkala fiksi dan imajinasi kreatif Nabi Muhammad lebih lengkap menyebut detail alam dan lingkungan ketuhanan. Hal tersebut tentu menambah nuansa dan memperkuat pesan yang ingin disampaikan, misalnya hadis berikut ini:
Pada bulan Ramadhan, aras dan singgasana Tuhan berteriak, sementara malaikat berkata lirih, “Beruntunglah umat Muhammad SAW. Mereka dianugerahi kemuliaan. Matahari, bulan, bintang, burung di udara, ikan di air, dan semua makhluk ber-ruh di muka bumi –kecuali setan– berdoa memohonkan ampun untuk mereka, siang malam.” Lalu Allah berkata kepada malaikat, “Persembahkan shalat dan tasbihmu di bulan Ramadhan pada umat Muhammad SAW.”

Dan, akhir Ramadhan adalah sesuatu yang sangat menyedihkan dalam imajinasi Nabi Muhammad. Memang, selepas Ramadhan kita segera memasuki hari raya Idul Fitri. Namun Nabi Muhammad tidak melulu menggambarkannya sebagai hari kebahagiaan dan kemenangan, melainkan juga mengingatkan akan musibah yang teramat berat. Dengan datangnya hari kebahagiaan dan kemenangan itu berarti kita kehilangan sesuatu yang amat berharga. Bahkan, kata Nabi, kehilangan sesuatu yang amat berharga itu merupakan musibah. Inilah gambaran imajinatif Nabi Muhammad tentang akhir Ramadhan: Di malam terakhir bulan Ramadhan, langit, bumi, dan malaikat pada menangis karena musibah yang menimpa umat Muhammad Saw.
“Musibah apa, ya Rasulallah?” tanya sahabat.
“Kepergian bulan Ramadhan.”
Gambaran imajinatif Nabi Muhammad tentang kepergian bulan Ramadhan sebagai musibah itu menggambarkan dengan baik betapa berharganya bulan Ramadhan. Bukan saja orang-orang saleh yang merasa kehilangan dengan kepergian bulan Ramadhan, melainkan juga langit, bumi, dan malaikat. Perasaan kehilangan langit, bumi, dan malaikat atas kepergian bulan Ramadhan tampak sedemikian dalam, sehingga digambarkan bahwa langit, bumi, dan malaikat bukan saja bersedih, melainkan semuanya pada menangis.

Seluruh keutamaan bulan Ramadhan sebenarnya dipersembahkan kepada manusia. Tetapi, secara imajinatif Nabi Muhammad menggambarkan bahwa langit, bumi, dan malaikat pun turut berduka dengan kepergian bulan Ramadhan. Itu berarti, langit, bumi, dan malaikat pun turut berbahagia dengan datangnya bulan Ramadhan, meskipun seluruh keutamaannya tidak untuk mereka, melainkan untuk manusia. Dengan imajinasi tersebut, pesan hadis di atas jadi dalam: jika langit, bumi, dan malaikat saja turut berbahagia dengan datangnya bulan Ramadhan dan turut berduka dengan kepergiannya, alangkah malang manusia yang tidak berbahagia dengan datangnya bulan Ramadhan dan tidak pula berduka dengan kepergiannya.

Bagi saya, imajinasi kreatif Nabi Muhammad tersebut sungguh luar biasa: indah, hidup, memukau, dan pesannya jelas (dan hadis bagaimanapun bersifat didaktis). Apalagi kalau kita membayangkan bahwa imajinasi kreatif tersebut dikemukakan Nabi Muhammad sekitar abad ke-7 M. Bagaimanakah imajinasi kreatif Nabi Muhammad bisa sampai pada deskripsi menakjubkan seperti itu?
Sengaja di sini saya menekankan bahwa gambaran keagungan bulan Ramadhan oleh Nabi Muhammad sebagai fiksi dan imajinasi. Bukan maksud saya mengagungkan imajinasi lebih dari apa yang seharusnya. Sama sekali bukan maksud saya juga menafikan pengalaman spiritual sebagaimana berkembang terutama di dunia tasawuf, atau spekulasi intelektual seperti berkembang dalam tasawuf falsafi. Di sini imajinasi ditempatkan sebagai cara-pandang, perspektif, cara-memaknai sesuatu, sekaligus cara menyampaikan pesan.

Imajinasi adalah anugerah Tuhan yang, saya rasa, diberikan hanya dan hanya kepada manusia. Bersama rasio, imajinasi mendorong kehidupan dan kebudayaan manusia berkembang mencapai kemajuan demi kemajuan. Imajinasi membuka pintu kemungkinan yang paling jauh bahkan mustahil. Sementara, rasio menyiapkan jalan agar apa yang semula diimajinasikan sebagai mustahil kelak jadi mungkin dan nyata. Tidaklah aneh kalau Nabi Muhammad memiliki imajinasi yang demikian tinggi dan begitu kreatif. Tidaklah aneh juga kalau Nabi Muhammad berbicara dengan menggunakan imajinasi, sebab dia berbicara kepada umat yang juga mendapatkan anugerah imajinasi.
Dalam konteks ini, sebagai fiksi dan imajinasi kreatif, hadis-hadis tersebut di atas memiliki logika imajinasinya sendiri. Yang terpenting di antaranya adalah tidak berartinya kesesuaian apa yang dikemukakan dengan fakta yang dikemukakan. Maka tidaklah terlalu penting apakah langit, bumi, dan malaikat benar-benar menangis di malam terakhir bulan Ramadhan. Yang penting adalah, apakah fiksi atau imajinasi bahwa langit, bumi, dan malaikat menangis di akhir bulan Ramadhan bermakna bagi kita. Begitu juga tidaklah penting apakah singgasana Tuhan benar-benar berteriak dan malaikat berkata bahwa umat Nabi Muhammad beruntung dengan datangnya bulan Ramadhan. Yang penting adalah, apakah keindahan kisah tersebut bermakna dan menggugah perasaan kita.
Demikian juga hadis tentang angin yang berhembus dari bawah singgasana Tuhan dan berdesir di sela daunan pohon sorga pada bulan Ramadhan: sejauhmana keindahan kisah itu menggetarkan hati kita; sejauhamana pula kita merasakan pesan spiritual melalui metafor-metafornya yang fantastis?

Kita wajib mengembangkan kekuatan imajinasi sebagai anugerah Tuhan. Dengan imajinasi yang tajam dan peka, kita akan memiliki peluang lain dalam menghayati Islam, sebab dalam banyak hal Islam diuraikan dengan imajinasi seperti antara lain tampak dari hadis-hadis di atas. Bahkan Tuhan pun berfirman dalam bahasa imajinasi. Dan Dia pasti tahu: berbicara dengan bahasa imajinasi hanya mungkin dilakukan kepada makhluknya yang telah dianugerahi imajinasi, yaitu manusia.
Saya membayangkan, setiap akhir Ramadhan Nabi Muhammad menangis duka bersama langit, bumi, dan malaikat. Juga bersama orang-orang bermata jelita di sorga. Mudah-mudahan kita berada di tengah-tengah mereka semua, bersama-sama melinangkan airmata duka. Jika tidak, saya rasa Nabi Muhammad menangis bukan karena kepergian bulan Ramadhan, tapi berduka karena kita tidak berduka..







zhotmandiri.blogspot.com                                                          

Selasa, 17 Juli 2012

KEHIDUPAN YANG SEDERHANA




Nabi Muhammad s.a.w. pernah bersabda:"Kezuhudan merupakan pertaruhan bagi seorang mukmin." Baginda s.a.w. pernah berkata:''Allah s.w .t. telah menawarkan kepadaku hendak menukarkan bukit-bukau diMekah menjadi emas tetapi aku menadahkan tangan ku kepadaNya sambil berkata:"Ya Allah, aku suka makan pada satu hari dan berlapar pada hari berikutnya supaya aku dapat mengingatiMU apabila lapar dan memuji-mujiMu serta mensyukuriMu apabila kenyang."
                        Pada suatu ketika Nabi Muhammad s.a.w.telah berpisah selama sebulan daripada isteri-isterinya kerana salah seorang daripada mereka telah menyinggung perasaannya. Selama sebulan Baginda s.a.w.  tinggal berseorangan dalam sebuah bilik. Suatu khabar angin yang tersebar dikalangan para sahabat mengatakan Nabi Muhammad s.a.w. telah menceraikan isteri-isteri Baginda s.a.w.. 
                        Apabila Umar r.a.hu mendengar berita angin tersebut, dia pun berlari-lari kemasjid. Setibanya dia dimasjid ia dapati sahabat-sahabatNabi Muhammad s.a.w. sedang duduk termenung dan kesedihan jelas terbayang diwajah mereka. Meninggalkan mereka,Umar r.a.hu berjalan pula kerumah anaknya Hafsah yang menjadi isteri Nabi Muhammad s.a.w.Dia mendapati Hafsah menangis-nangis didalam biliknya. Dia bertanya:"Mengapa kamu menangis? Bukankah selama ini aku telah melarang kamu supaya jangan melakukan sesuatu yang mungkin menyinggung perasaan Nabi Muhammad s.a.w.?"
                        Kemudian dia berjalan kemasjid sekali lagi. Kelihatan olihnya beberapa orang sahabat sedang menangis berdekatan dengan mimbar.Disini dia duduk bersama-sama sahabat yang lainnya tetapi oleh kerana terlalu sedih dia bangun lalu berjalan kearah bilik  Nabi Muhammad s.a.w. yang terletak ditingkat atas masjid itu. Dia mendapati Rabiah, seorang hamba, sedang menduduki tangga bilik itu. Melalui Rabiah, dia meminta izin hendak berjumpa dengan Nabi Muhammad s.a.w.
                        Nabi Muhammad s.a.w.tidak melahirkan sepatah katapun sebagai menjawab permintaannya. Permintaannya untuk menemui Nabi Muhammad s.a.w.dibuat beberapa kali dan hanya pada kali yang ketiga sahaja Nabi Muhammad s.a.w. mengizinkan dia naik. Apabila ia masuk, ia dapati Nabi Muhammad s.a.w. sedang berbaring diatas sekeping tikar yang diperbuat daripada daun pokok tamar. Kesan-kesan tikar itu jelas kelihatan berbekas dibadan Nabi Muhammad s.a.w.Berdekatan dengan Baginda s.a.w. terdapat sebuah bantal yang diperbuat daripada kulit binatang dan yang disumbat dengan kulit-kulit pohon tamar.
                        Umar r.a.hu bercerita:
                        "Saya menyampaikan salam kepadanya lalu bertanya: 'Sudahkah Tuan menceraikan isteri-isteri Tuan?" Bagimda s.a.w. menafikan perkara itu. Saya merasa agak lega sedikit dan sambil berseloroh saya mengatakan:"Ya Rasulullah, kita kaum Quraish selamanya telah menguasai wanita-wanita kita tetapi keadaan berlainan sungguh dengan orang-orang Ansar. Mereka dikuasai wanita-wanita mereka sehingga wanita-wanita kita telah terpengaruh." Nabi Muhammad s.a.w.. tersenyum mendengar kata-kata saya yang agak lucu itu. Selepas itu saya memerhati keadaan didalam bilik itu. Saya lihat ada tiga keping kulit binatang yang telah disamak dan sedikit barli disuatu sudut. Selain dari itu tidak ada sesuatu apa pun. Saya lalu menangis. Nabi Muhammad s.a.w. bertanya:"Mengapa kamu menangis?" Saya menjawab:"Betapa tidak, Ya Rasulullah, saya sedih melihat bekas-bekas tikar yang Tuan tiduri dibadan Tuan dan sedih melihat keadaan bilik ini. Semuga Allah s.w.t. mengurniakan Tuan dengan bekalan-bekalan yang lebih banyak. Orang-orang Parsi dan Rumawi yang tidak menyembah Allah s.w.t. mempunyai raja yang mewah. Mereka hidup ditaman yang ditengah-tengahnya mengalir anak-anak sungai sedangkan Pesuruh Allah s.w.t. hidup didalam keadaan serba miskin."
                        Semasa saya mengeluarkan kata-kata tadi, Nabi Muhammad s.a.w.. sedang bersandar dibantal, Baginda s.a.w. lantas bangun dengan serta merta dan berkata:"Wahai Umar, nampaknya kamu masih didalam keraguan. Kesenangan dan keselesaan hidup yang bakal kita perolehi diakhirat nanti sudah tentu lebih baik daripada apa yang terdapat didunia ini. Kalau didunia ini mereka hidup senang dan mewah, keadaan akan berubah diakhirat kelak. Disana kita yang akan menikmati segala-galanya."Mendengar kata-kata Nabi Muhammad s.a.w.saya berasa kesal lalu berkata:"Ya Rasulullah, berdoalah kepada Allah s.w.t. agar Dia mengampuni saya. Saya telah bersalah didalam hal ini." 
                        Seorang hamba Allah telah bertanya kepada Aishah mengenai tikar bantal Nabi Muhammad s.a.w. Jawab Aishah:"Ianya terdiri dari sebuah bantal yang diperbuat daripada kulit binatang yang diisikan dengan kulit-kulit pohon tamar." Soalan yang sama dikemukakan kepada Hafshah. Dia menjawab:"Ianya terdiri dari sehelai kain tarpal yang dilipat dua. Pada suatu hari, untuk memberi keselesaan kepada Nabi Muhammad s.a.w.saya telah menghamparkan kain itu berlipat empat. Pada esok paginya itu Nabi Muhammad s.a.w. bertanya:"Apakah yang awak hamparkan untuk saya malam tadi?" Saya menjawab:"Kain yang sama tetapi berlainan lipatannya." Nabi Muhammad s.a.w.berkata:"Lipatkannya seperti dahulu. Keselesaan yang bertambah itu akan menghalangkan Tahajjud."

ABU HURAIRAH DAN KELAPARAN

                        Pada suatu hari, Abu Hurairah telah membersihkan hidungnya dengan sehelai setangan yang cantik. Kemudian dia bercakap seorang diri:"Ah, lihat akan Abu Hurairah! Dia membersihkan hidungnya dengan menggunakan setangan yang cantik. Teringat aku semasa aku biasanya berbaring diantara mimbar dengan rumah Nabi Muhammad s.a.w.. Orang menyangka yang aku sedang menghidapi penyakit sawan tetapi yang sebenarnya aku sedang menderita kelaparan."
                        Abu Hurairah mengalami kelaparan selama beberapa hari sehinggakan kadangkala kelaparan yang dialaminya itu cukup dahsyat hingga dia jatuh pingsan. Orang yang melihat keadaannya menyangka dia terkena penyakit sawan. Pada masa itu penderita-penderita penyakit sawan diubati dengan cara meletakkan kaki dilehernya. Penderitaan Abu Hurairah ini berlaku semasa Islam mula bertapak ditanah Arab. Apabila Islamtelah tersebar dengan luasnya, keadaan hidupnya agak mewah dan suka menunaikan sembahyang-sembahyang Nafilah. Dia mempunyai sebuah uncang yang penuh dengan biji-biji buah tamar yang digunakannya untuk berzikir. Dirumahnya sentiasa terdapat orang yang sibuk bersembahyang.

ABU BAKAR DAN WANG SARANYA DARI BAITULMAL

                        Sebelum menjadi Khalifah, Abu Bakar r.a.hu menjadi seorang peniaga kain. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat, dia telah dilantik sebagai Khalifah. Pada keesokan harinya, dengan kain-kain tersebai ditangannya, dia berjalan menuju kepasar kerana hendak berniaga seperti biasa. Dalam perjalanannya itu dia telah menemui Umar.
Umar bertanya: "Kemana kau, Abu Bakar?"
 Abu Bakar menjawab: "Ke pasar." 
Umar berkata: "Kalau kamu berniaga, siapa yang hendak menjalankan tugas-tugas Khalifah?"
Abu Bakar: "Bagaimana saya hendak menyara keluarga saya?"
Umar: "Marilah kita berjumpa dengan Abu Ubaidah yang menjaga Baitulmal supaya dia menentukan wang sara untuk mu."
                        Kedua-dua mereka telah berjumpa dengan Abu Ubaidah yang menetapkan wang sara sebanyak yang biasanya diberikan kepada seorang muhajir.
Pada suatu hari isterinya berkata kepada Abu Bakar: "Saya ingin memakan suatu masakan yang manis"
Abu Bakar: "Aku tak ada wang."
Isterinya: "Kalau awak izinkan saya akan cuba menjimatkan wang perbelanjaan kita hari-hari untuk membolehkan saya menyediakan masakan itu."
                        Abu Bakar pun bersetuju. Apabila wang itu telah terkumpul selepas beberapa hari, isterinya pun menyerahkan wang itu kepada Abu Bakar supaya dia membeli bahan-bahan untuk masakan itu.
Kata Abu Bakar: "Nampaknya wang sara yang saya perolehi dari Baitulmal melebihi keperluan kita."
                        Wang yang dikumpulkan itu dimasukkan kembali ke dalam Baitulmal
                        Aishah r.a.hu mengisahkan: "Apabila Abu Bakar dilantik menjadi Khalifah, dia telah berucap kepada orang ramai. Katanya: "Kamu sedia maklum yang saya mencari nafkah dengan berniaga. Keuntungan yang saya perolehi cukup untuk memenuhi keperluan saya, tetapi sekarang saya terpaksa menumpukan masa yang sepenuhnya untuk menguruskan negara. Oleh yang demikian wang sara saya terpaksa saya dibayar dari Baitulmal."
                        Mengikut Anas apabila Abu Bakar meninggal, yang ada padanya hanyalah seekor unta betina, sebuah mangkuk dan seorang hamba. Kata sahabat-sahabatnya yang lain dia telah meninggalkan juga sehelai hamparan. Apabila Umar menggantinya sebagai Khalifah, barang-barang ini semuanya diserahkan kepadanya. Umar berkata: "Semoga Allah s.w.t. mencucuri rahmat atas Abu Bakar. Dia telah menunjukkan jalan yang sukar diikuti oleh pengganti-penggantinya."

WANG SARA UNTUK UMAR

                        Umar r.a.hu mencari rezekinya dengan berniaga. Apabila dia mengganti Abu Bakar sebagai Khalifah dia telah mengumpulkan rakyat sekeliannya lalu berucap kepada mereka:"Aku mencari makan dengan berjual-beli. Oleh kerana kamu semua telah memilih aku untuk menjadi Khalifah, aku tidak dapat lagi menguruskan perniagaanku. Sekarang bagaimana dengan pencarianku?"
                        Berbagai-bagai syor telah dikemukakan mengenai pembayaran yang sepatutnya dibuat kepada Umar. Ali tidak membentangkan sebarang cadangan.
Umar bertanya kepada Ali: "Apakah cadanganmu, wahai Ali?"
Ali menjawab: "Ambillah wang sekadar yang bisa mencukupi keperluan keluargamu."
                        Cadangan Ali diterima dengan baiknya oleh Umar. Setelah beberapa lama kemudian, beberapa orang termasuk Ali, Usman, Zubair dan Talhah mencadangkan supaya wang saranya ditambahkan lagi, tetapi tiada seorang pun diantara mereka yang berani secara langsung mengemukakan cadangan ini kepada Umar. Akhirnya mereka terpaksa menemui Hafsah, anak perempuan Umar, untuk mendapatkan kerjasama.
                        Apabila ura-ura hendak menambah wang saranya dibayangkan kepadanya oleh Hafsah, mukanya menjadi merah padam kerana kemarahannya. Dia bertanya:"Siapakah yang membuat cadangan ini?"
Hafsah: "Berikan pendapat kamu terlebih dahulu."
Umar: "Kalaulah aku tahu siapa orang-orang itu nescaya aku tempelengkan muka-muka mereka. Cerita kepadaku,Hafsah,tentang pakaian Nabi Muhammad s.a.w. yang terbaik sekali."
Hafsah: "Sepasang baju yang berwarna merah yang Nabi Muhammad s.a.w. pakai pada hari Juma'at ataupun apabila menerima tetamu."
Umar: "Apakah makanan yang paling lazat yang pernah dimakan oleh  Nabi Muhammad s.a.w. dirumah kamu?"
Hafsah: "Roti yang diperbuat daripada tepung barli. Pada suatu hari saya telah menyapu sekeping roti dengan bekas-bekas mentega yang terdapat didalam sebuah tin yang hampir-hampir kosong. Baginda s.a.w. telah makan dengan penuh nikmat dan ingin pula membahagi-bahagikannya kepada orang lain."
Umar: "Apakah hamparan yang paling baik yang pernah digunakan oleh Nabi Muhammad s.a.w. dirumah kamu?"
Hafsah: "Sehelai kain tebal. Pada musim panas kain itu dilipat empat dan pada musim sejuk ianya dilipat dua. Separuh digunakan sebagai alas tidurnya dan separuh lagi dijadikannya selimut."
Umar: "Nah sekarang, pergi katakan kepada mereka yang Nabi Muhammad s.a.w. telah merakamkan suatu darjah kehidupan yang terpaksa aku ikuti. Nabi Muhammad s.a.w., Abu Bakar dan aku sendiri adalah laksana tiga orang musafir yang menggunakan sebatang jalan yang sama. Yang pertama telah sampai ketempat yang ditujuinya. Begitu juga musafir yang kedua. Yang ketiga sekarang dalam perjalanannya. Kalau ia tidak menempuhi jalan mereka yang terdahulu, sudah tentu ia tidak akan sampai ditempat mereka."
                        Pada suatu hari dia sedang berkhutbah. Bahagian bawah bajunya kelihatan bertampal-tampal. Mengikut ceritanya, terdapat tidak kurang daripada dua belas lubang yang ditampal dengan kulit. Pada suatu ketika dia tiba lambat dimasjid untuk menunaikan fardu Juma'at. Dia berkata pada para jamaah: "Maafkan saya. Saya terlambat kerana sibuk membasuh kain baju saya. Saya tidak ada yang lain untuk dipakai."
                        Utbah Bin Abifarqad hendak berjumpa dengan Umar pada suatu hari. Ketika itu dia sedang makan, selepas mengizinkan Utbah masuk dia menjemput Utbah makan bersama-sama. Roti yang diberikan kepadanya terlalu keras sehingga ia tidak dapat menelannya. Dia pun bertanya:"Mengapa tuan tidak menggunakan tepung yang baik untuk membuat roti?"
Umar: "Adakah tiap-tiap orang Islam mampu menggunakan tepung yang baik untuk membuat roti?"
Utbah: "Tidak"
Umar: "Nampaknya kamu mahukan aku menikmati segala jenis kebahagiaan dalam kehidupanku didunia ini."

CERITA BILAL MENGENAI NABI MUHAMMAD S.A.W.

                        Bilal telah ditanya mengenai perbelanjaan Nabi Muhammad s.a.w. Dia menjawab:"Baginda s.a.w tidak pernah menyimpan sesuatu untuk kegunaan pada masa depan. Sayalah yang menguruskan wang bagi pihaknya. Apabila datang seorang fakir yang sedang menderita kelaparan, orang itu akan diserahkannya kepada saya. Saya pun akan memenuhi keperluan orang itu dengan meminjamkan wang."
                        " Pada suatu hari datang seorang mushrik lalu berkata: "Wang saya terlampau banyak. Kalau kamu berkehendakkan wang datanglah berjumpa dengan saya. Janganlah meminjam dari orang lain."
                        "Saya berasa gembira dengan tawaran ini. Saya pun mulai meminjam wangnya untuk memenuhi keperluan Nabi Muhammad s.a.w.Pada suatu hari selepas mengambil wudhu, saya sedang bersiap-siap untuk berazan, tiba-tiba datang orang mushrik itu diikuti oleh beberapa orang lain. Dia memekik-mekik memanggil saya, apabila saya mendapatkannya, dia telah mengeluarkan kata-kata yang kesat terhadap saya.
                        Katanya: "Ada beberapa hari lagi dalam bulan ini?" Saya menjawab: "Bulan ini hampir genap." Dengan marahnya dia berkata: "Ada empat hari lagi untuk kamu menyelesaikan hutang-hutang kamu. Kalau kamu gagal menjelaskannya, aku akan jadikan kamu hambaku  dan kamu terpaksa mengembala kambing seperti dahulu." Kemudian dia pun meninggalkan saya. Saya merasa sangat dukacita. Selepas sembahyang Isyak, apabila  Nabi Muhammad s.a.w. duduk berseorangan, saya pun mendekati Baginda s.a.w.. Kata saya: "Ya Rasulullah ,Tuan tidak mempunyai sesuatu apa pun dan saya pula tidak dapat menguruskan pinjaman serta merta. Saya rasa si-mushrik itu akan memalukan saya. Oleh itu saya akan pergi dari sini sehingga saya mendapat wang untuk menjelaskan hutang saya itu."
                        Sekembali saya kerumah, saya mengemaskan pedang, perisai dan kasut kepunyaan saya kerana bersiap-siap untuk berpergian pada pagi esoknya. Hampir-hampir  waktu Subuh datang seorang utusan Nabi Muhammad s.a.w. sambil berkata: "Lekas, Nabi Muhammad s.a.w. ingin berjumpa dengan engkau." Saya pun segeralah berangkat kemasjid. Disana saya dapati empat ekor unta yang sarat dengan bebanan. Kata Nabi Muhammad s.a.w.:"Ada berita gembira, wahai Bilal. Allah s.w.t. telah meyampaikan pengurniaanNya untuk menjelaskan hutangmu. Ambillah unta-unta ini serta muatan mereka. Barang-barang ini telah dihantar kemari sebagai hadiah untuk ku oleh puak Fidak." Saya mengucapkan syukur kepada Allah s.w.t. lalu menjelaskan semua hutang saya. Apabila saya balik kemasjid saya berkata kepada Nabi Muhammad s.a.w.:"AlhamBagindadulillah, hutang saya telah pun dijelaskan Ya Rasulullah "  s.a.w. bertanya sama ada masih ada yang tertinggal dan saya menjawab:"Ya Rasulullah," Baginda s.a.w. meminta saya habiskannya dan Baginda s.a.w. mengatakan yang Baginda s.a.w. tidak akan balik kerumah selagi barang tersebut masih ada."
                        Saya pun pergilah untuk membahagi-bahagikan baki barang-barang yang masih tinggal kepada fakir miskin. Selepas Isyak, Nabi Muhammad s.a.w. bertanya kalau-kalau masih ada lagi barang-barang itu. Saya menjawab mengatakan yang tidak ada lagi kerana terdapat ramai fakir miskin untuk dibahagi-bahagikan barang-barang tersebut. Pada malam itu  Rasulullah s.a.w. tidur dimasjid. Esoknya itu,selepas Isyak,Rasulullah s.a.w. bertanya lagi tentang berang-barang itu.Saya berkata :"Ya, Allah telah memberkati Tuan dengan ketenteraman jiwa. Semua barang-barang itu telah saya habiskan. Nabi Muhammad s.a.w. pun memuji-muji Allah s.w.t. Pada malam itu barulah Baginda s.a.w balik kerumah.Nabi Muhammad s.a.w. tidak suka menghadapi maut selagi ada harta kekayaan ditangannya.

LAGI KISAH KELAPARAN ABU HURAIRAH

                        "Kalau awak perhatikan keadaan kami dahulu awak akan dapati yang sebahagian daripada kami tidak dapat berdiri kerana menderita kelaparan selama beberapa hari. Saya akan berbaring sambil menekan-nekan perut saya ketanah. Kadang-kadang saya akan mengikat perut saya dengan batu. Pada satu ketika saya sengaja duduk-duduk menunggu kalau-kalau ada oarng-orang yang terkenal lalu ditempat saya berada. Tidak lama kemudian datang Abu Bakar. Saya pun bercakap-cakap dengannya, dengan harapan yang saya dapat  berjalan-jalan sehingga tiba kerumahnya,dimana mungkin saya dipelawa masuk untuk makan malam bersama-sama dengannya sepertimana yang biasa berlaku, tetapi impian saya tidak tertunai. Abu Bakar tidak bercakap banyak dengan saya. Rancangan saya gagal untuk kali kedua apabila Umar pun berlalu dari situ. Akhirnya datang Nabi Muhammad s.a.w. , Baginda s.a.w.tersenyum lebar lebar apabila melihat saya kerana Baginda s.a.w. telah dapat menangkap dengan cepatnya keinginan saya yang tersembunyi itu.
                         Kata Baginda s.a.w.: "Mari ikut aku, Abu Hurairah." Saya pun mengikutnya kerumah, apabila kami masuk kerumahnya, semangkuk susu telah dibawa kehadapan Baginda s.a.w., lalu Baginda s.a.w. bertanya: "Siapa yang membawa susu ini?" Baginda s.a.w. diberitahu bahawa susu itu adalah pemberian seorang hamba Allah. Kemudian Baginda s.a.w.menyuruh saya mengundang orang-orang Suffah supaya datang kerumah. Orang-orang Suffah ialah manusia miskin yang tidak berumahtangga dan tidak mempunyai sebarang pekerjaan. Mereka biasanya menjadi tetamu kepada semua kaum Muslimin. Nabi Muhammad s.a.w. akan membahagi-bahagikan mereka diantara sabahat-sahabat yang berada.Nabi Muhammad s.a.w. sendiri akan menerima dua orang Suffah sebagai tetamu. Bilangan orang-orang Suffah ini pula tidak menentu, terkadang-kadang banyak dan terkadang-kadang sedikit, tetapi pada hari itu jumlah orang Suffah berjumlah tujuh puluh orang semuanya.
                        "Apabila Nabi Muhammad s.a.w. menyuruh saya mengundang para Suffah itu saya berasa ragu mengenai peluang untuk mengisi perut saya yang kosong, sebabnya ialah susu itu terlalu sedikit, hanya cukup untuk seorang sahaja. Lagi pula saya telah mengetahui terlebih dahulu yang saya akan disuruh melayan orang-orang itu. Mengikut kebiasaan orang yang melayan merupakan orang yang terakhir sekali yang akan merasai sesuatu hidangan. Sebaik-baik sahaja orang-orang Suffah itu berkumpul, saya disuruh oleh Nabi Muhammad s.a.w. memegang mangkuk susu tadi utnuk membolehkan tiap-tiap seorang untuk meminumnya. Seorang demi seorang mereka itu telah meminum susu itu dengan sepuas-puasnya, kemudian Nabi Muhammad s.a.w. berkata sambil tersenyum: "Hanya kita berdua sahaja yang tinggal maka sekarang kamu minumlah." Apatah lagi, saya pun tidak membuang masa lalu saya minum susu tersebut sehingga terasa oleh saya yang tidak ada tempat kosong dalam perut saya untuk mengisi susu itu. Akhirnya Nabi Muhammad s.a.w. pula meminum susu yang masih berbaki didalam mangkuk itu."

PENDAPAT NABI MUHAMMAD S.A.W. MENGENAI DUA JENIS MANUSIA

                        Pada suatu hari Nabi Muhammad s.a.w.sedang duduk-duduk dengan beberapa orang sahabatnya. Seketika itu juga lalu seorang hamba Allah dihadapan mereka. Nabi Muhammad s.a.w. pun bertanya: "Apakah pendapat kamu terhadap orang itu?" Mereka menjawab: "Ya, Rasulullah , dia berketurunan bangsawan. Demi Allah, kalau dia melamar seorang perempuan dari kaum bangsawan juga, lamarannya sudah tentu tidak akan ditolak. Kalau dia menganjurkan sesuatu perkahwinan, perkahwinan itu akan dipersetujui oleh kedua-dua pihak."
                        Nabi Muhammad s.a.w. tidak berkata apa-apa. Sebentar kemudian lagi seorang hamba Allah telah lalu dihadapan mereka, lalu Nabi Muhammad s.a.w. bertanya pula mengenai orang itu. Kata mereka:" Dia seorang Islam yang miskin. Kalau pun dia bertunang dengan seorang perempuan, peluangnya untuk mengahwini perempuan itu sudah tentu tipis. Kalau dia menganjurkan sesuatu perkahwinan, anjurannya itu akan gagal. Kalau dia bercakap tidak ada orang yang akan mendengarnya." Nabi Muhammad s.a.w. berkata:" Orang yang kedua itu lebih baik daripada orang yang pertama."
                        Allah s.w.t. tidak memandang akan keturunan seseorang. Seorang Islam yang miskin, yang hina dina dan dipandang rendah oleh insan semuanya itu lebih dekat dengan Allah s.w.t. daripada beratus-ratus orang yang kononnya bangsawan dan yang dimuliakan serta dijilat-jilat oleh manusia lain. 
                        Dalam sepotong hadith, Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda:"Riwayat mayapada akan tamat kalau tidak ada seorang manusia pun yang memuji-muji nama Allah s.w.t.. Hanya nama Allah s.w.t. yang kudus sahaja yang menghidupkan alam ini."

KASIH SAYANG RASULULLAH S.A.W DAN KEMISKINAN

                        Seorang hamba Allah telah datang berjumpa dengan Nabi Muhammad s.a.w. lalu berkata:"Ya Rasulullah , saya sangat-sangat cintakan Tuan." Baginda s.a.w. menjawab:"Eloklah kamu berfikir dengan teliti terlebih dahulu." Kata orang itu:"Saya telah pun berfikir. Saya sangat-sangat kasihkan Tuan, Ya Rasulullah ."Baginda s.a.w. menjawab"Berfikirlah dahulu sebelum membuat ikrar yang sedemikian." Orang itu berkata lagi:"Ya, saya masih cintakan Tuan, Ya Rasulullah." Baginda s.a.w.berkata:"Baiklah, kalau ikrar yang kamu lahirkan tadi betul-betul ikhlas, bersedialah untuk menghadapi kesusahan yang akan menimpa kamu dari segala arah. Orang yang cintakan aku akan dikejar oleh kesusahan secepat air yang mengalir."





zhotmandiri.blogspo.com