Duhai puanku..
bila saatnya tiba kau baca
surat cintaku ini, aku hanya berharap esok hari saat dimana kau kecup
punggung tanganku untuk yang pertama kali di hadapan penghulu, para
saksi, orang tua kita, saudaramu, saudaraku, sahabatmu, sahabatku,
adalah simbol cintamu yang akan selalu ada disisiku sampai Izrail
menghampiri kita.
Pujaanku..
jangan kaget bila aku
menuliskan surat cinta ini jauh dari hari saat kau membacanya. Saat aku
belum melihat paras cantikmu, saat aku belum mengenal akhlak muliamu,
saat aku belum tahu namamu. Jangan khawatir sayang, dulu kita sudah
bertemu. Saat di alam ruh. Allah telah memilihkan kamu untuk menjadi
istriku, saat empat bulan masa kandunganku di dalam perut ibu. Sejak
saat itu namamu sudah disandingkan di sebelah namaku. Sejak saat itu aku
sudah mencintaimu.
Kasihku..
selain mahar yang kau minta
saat pernikahan kita. Aku ingin berikan kau satu lagi : sebuah mukjizat
Nabi terakhir. Alquranul Karim, yang akan selalu kau baca dengan suara
merdumu, sebagai pelepas lelahku sepulang aku bekerja. Alquranul Karim,
yang akan kau ajarkan betapa indah lantunan ayat-ayat suci kepada
anak-anak kita nanti. Alquranul Karim, yang akan kau baca tepat
disampingku nanti, saat aku terkulai lemah tak lagi berarti walau hanya
untuk menjentikan jari. Alquranul Karim, yang akan selalu kau bawa dan
kau baca tepat di samping nisanku nanti apabila Izrail menjemputku lebih
dulu. Tetaplah bacakan untukku walau seayat, aku pasti akan merindukan
suara bidadariku bernyanyi : Kau mengaji.
Sayangku..
mungkin aku tak lebih hebat
dari ayahmu dalam menjagamu. Aku tak segagah ia melindungi dirimu,
mempertahankanmu dari para pria yang menginginkanmu darinya, termasuk
aku yang akhirnya ia percayakan sebagai penggantinya untuk menjagamu.
Tapi puanku, percayalah, kaulah alasanku untuk belajar menjadi pria yang
kuat. Pria yang rela walau harus sampai mati melindungimu, demi menjaga
hatimu, kehormatanmu juga ragamu. Dinginnya malam sekalipun tak akan
aku biarkan mengigit kulit indahmu.
Cintaku..
izinkanlah akau saat esok hari
nanti, sebelum kuucapkan ijab qabul pernikahan kita yang disahkan para
saksi, kulantunkan sebait ayat suci : An Nisa, 34, sebagai janjiku yang
akan selalu melindungimu atas nama laki-laki sebagaimana Allah telah
mewahyukan ayat itu kepada Muhammad nabi kita.
Duhai wanitaku, saat kau sudah
menggenapkan agamaku nanti, sesudah kau amini Al-Fatihahku yang pertama
kali, setelah pertama kalinya kau cium tanganku selepas sholat, aku
ingin saat itu kau selalu jadi pengingatku : aku hanya manusia yang
terkadang lupa, sering melakukan salah, dan laki-laki yang tak peka
seperti wanita. Sekali kau memohon : ‘Maukah kau lakukan itu untukku?’
Demi apa pun, apalah arti dunia jika aku melihat air matamu. Kan
kulakukan sepenuh hati hanya untukmu duhai Betariku.
Bidadariku, aku berjanji, karena aku
sadar tidak akan mampu berbuat adil sebagaimana Rasulullah, saat kau
menjadi istriku nanti, akan kujadikan kaulah satu-satunya wanita di
dunia dan akhirat, seperti halnya Sayidina Ali Radliallahuanhu
menjadikan Fatimah Az Zahra satu-satunya bidadari bumi yang dimilikinya.
Kasihku..
saat aku telah menjadi imammu
nanti, tak akan pernah berhenti aku mencari rezeki. Selama masih keluar
keringat kuperas dari tubuhku, selama masih kuat kubanting tulang
punggungku, aku akan terus menafkahimu. Tak akan kubiarkan kau dan
anak-anak kita kelaparan dan kehausan, kupastikan kalian tak akan pernah
kekurangan cinta & kasih sayangku.
Jelitaku..
kalau boleh aku meminta. Aku
menginginkan putri yang menjadi buah hati kita yang pertama. Kita didik
ia menjadi anak yang shalehah, dan kan kutanam sekeping jiwamu pada
dirinya. Agar apabila nanti kau dipanggil lebih dulu oleh Pemilikmu yang
sebenar – benarnya, aku masih bisa melihat kamu dalam diri putri kita.
Dan aku ingin putra kita hanya terpaut satu tahun dengan kakaknya. Agar
ia bisa tumbuh dewasa bersama saudari kandungnya. Dan akan kutempa dia
agar menjadi pria yang kuat, bahkan melebihi aku. Agar apabila nanti aku
yang kembali lebih dulu ke sisiNya, ia bisa menjaga ibu dan kakaknya
seperti yang telah kulakukan dan kuajarkan kepadanya.
Manis, saat aku resmi menjadi suamimu
nanti. Tak kan kulewatkan pagi tanpa mengecup keningmu yang harum. Kan
kulakukan tiap aku hendak bekerja, atau tiap kali aku pergi
meninggalkanmu. Dan akan selalu kulisankan tiga kata setelah bibirku ini
meletakkan cinta di wajahmu : I love you. Dan tak akan kulewatkan pula
detik berharga sebelum kau memejamkan mata, kembali kan kuletakkan cinta
di kening atau pipimu. Aku tak akan bosan menciummu setiap hari,
sayang. Seperti halnya nabimu juga nabiku yang tak pernah bosan
melakukan hal romantis ini kepada istrinya setiap hari.
Batariku..
aku tahu perjalanan bahtera
kita tak akan selalu berlangit cerah. Syaitan pun tak kan pernah
berhenti merusak hidup manusia sampai kiamat tiba. Maka ingatkanlah aku
dengan kelembutan hatimu, agar tak ada hal lain yang kulakukan untukmu
selain mencintaimu dan melindungimu. Sungguh aku tahu wanita itu
tercipta dari tulang rusuk pria yang paling bengkok. Maka tak akan
kupaksa ‘tuk luruskan engkau hingga patah, dan tak akan pula kubiarkan
engkau tetap bengkok. Islam yang akan selalu menuntunku bagaimana
seharusnya aku memperlakukanmu.
Sayang percayalah..
aku akan selalu
mencintaimu di tiap waktuku. Aku akan tetap menciummu, meski pipimu tak
lagi sekencang dulu, meski keriput tlah menggarisi keningmu. Aku akan
tetap membelai rambutmu, meski putih telah memakan habis hitamnya yang
indah. Aku akan tetap memelukmu, meski bungkuk badanmu dan ringkih
tubuhmu, aku akan tetap memelukmu.
Berjanjilah cinta..
apabila tiba saatnya
Izrail memamerkan surga dan neraka di kedua sayapnya di hadapanku.
Jangan pernah berhenti bisikkan nama Allah di telingaku, jangan pernah
kau lepas genggaman tanganku dan jangan dulu jatuhkan air matamu sebelum
malaikat benar – benar mencabut ruh dari ragaku. Sudah kubilang: Apalah
arti dunia jika aku melihat air matamu.
Tenanglah kasih..
batu nisan memang akan
pisahkan dunia kita nanti, tapi dia tak akan mampu pisahkan cinta kita.
Aku mencintaimu tak hanya di dunia.
Semoga Allah mengabulkan doa di tiap
sujudku, agar pernikahan kita tak hanya dilanggengkan di dunia, tapi
juga diabadikan di taman surgaNya. Amin…
Aku mencintaimu karena Allah, bidadari surgaku…
ZHOTMANDIRI.BLOGSPOT.COM